[Review] Trinity Trigger – Klasik Action JRPG untuk Bernostalgia

Lintang Ayomi |

Trinity Trigger Cover

Trinity Trigger hadir untuk penggemar action JRPG seperti Trials of Mana dan semacamnya. Ketika melihat sekilas, dari segi art style dan grafiknya, game ini seperti game-game JRPG Square Enix. Akan tetapi, game ini digarap oleh sebuah studio bernama Three Rings dan dipublikasi oleh FuRyu untuk versi Jepang dan Xseed Games untuk versi Amerika. 

Game ini dirilis untuk beberapa platform yang di antaranya PS5, PS4, Nintendo Switch, dan juga PC. Entah mengapa Three Rings, FuRyu, dan Xseed Games menganaktirikan Xbox Series. Namun, setidaknya, game ini tidak hanya untuk satu platform. Jadi, gamers konsol (selain Xbox) maupun PC bisa menikmati Trinity Trigger.

Dengan gameplay seperti ini, Trinity Trigger mampu membawa para penggemar JRPG bernostalgia dengan game-game yang sempat populer di PS1 dan juga PS2. Pada kesempatan kali ini, Tombol Media akan membahas JRPG bernama Trinity Trigger. Mau tahu ulasannya? Yuk, simak!

Baca juga: [Review] Octopath Traveler II – Hanya Sedikit Perbedaannya

Storyline

Secara garis besar, dari segi cerita, game satu ini memang terkesan generik, namun meski terkesan sangat ‘biasa’ dari konsep cerita Trinity Trigger masih seru untuk diikuti. Game JRPG ini mengambil tema fantasi yang memiliki setting tempat di sebuah dunia bernama Trinitia. Di dunia ini terjadi pertarungan antara Gods of Order dan Gods of Chaos yang hampir meninggalkan sebuah senjata kuat yang tertanam di bawah tanah bernama Arma. 

Trinity Trigger Cutscene

Akhirnya, kedua kubu dari gerombolan dewa ini melakukan gencatan senjata dan memilih manusia untuk bertarung atas nama mereka. Di sini kamu memainkan seorang karakter utama bernama Cyan yang merupakan seorang pemuda biasa yang tinggal bersama adiknya, Finn, di sebuah desa kecil bernama Woodroost. Di satu waktu, Cyan menemukan dirinya bahwa ia bukan pemuda biasa, namun seseorang yang dipilih oleh Gods of Chaos menjadi seorang Warrior of Chaos. 

Dalam petualangannya, Cyan tidak berjalan sendirian saja. Ia ditemani oleh 3 karakter utama lainnya di tengah perjalanan, yakni Xantise dan Elise. Lantas, bagaimana perjalanan Cyan ketika mengetahui bahwa dirinya adalah seorang Warrior of Chaos? Dan bagaimana nasib Cyan ketika ingin menghentikan pertarungan antara Gods of Order dan Gods of Chaos?

Gameplay

Melihat cukup banyaknya game-game bergaya klasik bermunculan, kami punya optimisme bahwa game-game seperti game JRPG satu ini masih memiliki tempat di hati pemirsa. Karena secara gameplay terkesan seperti game klasik era PS1, secara mengejutkan penggarapan dunia Trinity Trigger ternyata dibantu oleh Yuki Nobuteru, salah satu sosok dibalik Trials of Mana. 

Mengetahui bahwa game ini dibantu oleh Yuki Nobuteru, kita tentu tidak heran bahwa game ini sangat kental dengan gaya klasik JRPG era PS1 tersebut. Bagi gamers yang ingin sebuah mechanics yang revolusioner, game satu ini tentu tidak banyak memberikan apa-apa. Eksplorasi dunianya pun juga linier. 

Trinity Trigger Gameplay

Pertarungan game ini juga terkesan biasa saja. Akan tetapi, bagi penggemar game JRPG klasik, tentu Trinity Trigger cukup berkesan. Apalagi kamu bisa mengganti karaktermu ketika melawan musuh. Selain itu, game ini juga menawarkan fitur yang sudah jarang ada di game-game modern, yaitu fitur local multiplayer. Apabila kamu punya 3 controller kamu bisa bermain dengan temanmu. Seru bukan?

Hal yang membuat kami belum bisa memberikan penilaian yang tinggi untuk game ini adalah AI dan gameplay mechanics-nya yang terkesan membosankan dan gerakan menyerangnya kurang variatif

Graphics dan Audio

Bagi kami, grafis yang dipamerkan oleh Trinity Trigger juga cukup generik.cukup suka Graphics-nya mengusung gaya cel shaded 3D yang bagi kami juga cukup nyaman dipandang. Meski tidak terlalu spesial secara grafis, game JRPG besutan garapan Three Rings ini masih cukup layak untuk konsol last gen seperti Nintendo Switch dan PlayStation 4. 

Trinity Trigger Graphics

Kemudian, yang cukup kami suka dengan Trinity Trigger adalah artstyle-nya. Desain karakternya lumayan ciamik dan keren. Selain itu, sudut pandang isometric cukup mewakili game ini. Secara performa, game ini cukup stabil, bahkan di konsol yang usianya cukup tua, yakni Nintendo Switch. Di Switch game ini mampu dijalankan di frame rate 60fps.

Game JRPG tentu takkan lengkap dengan cutscene. Di game ini, cutscene-nya merupakan anime. Cutscene yang dipamerkan cukup dramatis dan membuat game ini cukup hidup. Sementara itu untuk audio-nya, Trinity Trigger memiliki sound yang cukup untuk game semacam ini. Background soundtracknya juga cukup seru untuk menemani petualanganmu.

Kesimpulan

Di tengah-tengah gempuran game-game kekinian yang penuh dengan gacha dan grafis realistis, Trinity Trigger hadir menjadi angin segar bagi penggemar game-game jadul. Dengan cerita dan gameplay yang cukup seru diikuti, Trinity Trigger cukup layak untuk dibeli. 

—————————————————————————————————————————

Itu dia ulasan tentang game JRPG Trinity Trigger. Bagi kamu yang ingin membaca artikel terkait review game (konsol, PC, atau mobile), berita game, dan hal-hal menarik seputar game lainnya, kalian bisa terus kunjungi situs, Instagram, Facebook, dan juga Twitter Tombol Media!