Keberadaan AI tak bisa dihindari, akan tetapi keberadaan teknologi ini membahayakan. Industri game sangat lekat dengan keberadaan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence. Bahkan, sebelum AI digembar-gemborkan seperti hari ini, keberadaan teknologi ini sudah digunakan dalam pemrograman di industri video game. Dalam video game, salah satu fungsi dari AI ini adalah untuk menggerakan pemain musuh yang sedang tidak dijalankan oleh pemain manusia. Lebih jelasnya lagi, bagi pemain single player mode, mereka pasti akan menghadapi beberapa musuh yang mampu menyerangnya dengan timing yang random, sehingga menghasilkan kesan bahwa musuh yang dihadapi benar-benar hidup.
Baca juga: Mengenal Teknologi Anti Aliasing Pada Grafis Komputer
Seiring berjalannya waktu, kecerdasan buatan yang dirancang melalui sistem pemrograman semakin berkembang, sehingga mampu menjadi suatu hal yang menantang dalam sebuah video game. Kini, AI tidak hanya digunakan sebagai pemain lawan dalam single player saja, melainkan juga hal lain, salah satunya adalah menjadi voice actor dalam sebuah game.
Keberadaan AI yang meluas di berbagai aspek nyatanya menjadi ancaman bagi pekerja di suatu industri. Di Industri hiburan sendiri, keberadaan AI ini menjadi sebuah ancaman bagi mereka, lantaran AI ini mampu membantu perusahaan untuk meningkatkan efisiensi biaya. Sayangnya, dalih efisiensi biaya ini bisa menjadi bahaya bagi para pekerja di industri tersebut.
Hal ini yang diutarakan oleh pengisi suara Geralt of Rivia dari trilogi The Witcher, Doug Cockle. Menurutnya, penggunaan AI dalam pengembangan game tidak bisa dihindari. Hal tersebut bukan hal yang buruk bagi proses pengembangan sebuah game. Namun, keberadaan teknologi AI ini bisa membahayakan apabila sang aktor tidak mengambil langkah untuk mengontrol bagaimana suara mereka digunakan.
“AI tidak bisa dihindari dan pengembang game akan menggunakan AI,” ucap Cockle.
“Mereka sudah menggunakannya dengan berbagai cara, mengisi background, suara NPC, dan sesuatu seperti itu, yang sayangnya, karena suara tersebut adalah dalam satu titik suara manusia, dan suara tersebut dirancang dari suara manusia. Jadi, mereka bisa mengambil alih suara manusia, menaruh ke dalam database mereka, mendigitalisasi, dan menggunakannya untuk sesuatu yang belum diucapkan oleh seorang pun. Ada hal yang tidak etis dengan hal tersebut, dan hingga kini masih diperdebatkan,” tambah Cockle.
Dalam hal ini, Cockle pun pernah menolak perusahaan AI untuk menggunakan suara Geralt bukan karena menolak teknologi tersebut, namun orang-orang bisa memalsukan suaranya.