Tak bisa dipungkiri bahwa Nintendo adalah salah satu perusahaan game terbesar di dunia, dan besarnya perusahaan asal Jepang ini tak lepas dari sosok Shigeru Miyamoto. Tentu saja, setiap membicarakan Nintendo, nama sosok tersebut seringkali terucap. Dengan demikian, Miyamoto adalah salah satu orang paling penting di industri game dulu dan kini.
Perjalanan Miyamoto hingga seperti sekarang tentu mengalami dinamika. Mulai dari karirnya di tahun 70-an hingga sekarang ia masih aktif di perusahaan yang produk awalnya menjual kartu yang digambar menggunakan tangan.
Lantas, mengapa nama Shigeru Miyamoto begitu besar di industri game dunia? Dan apa warisannya di era sekarang? Nah, pada kesempatan kali ini, Tombol Media melalui rubrik Profile akan membahas sosok satu ini. Maka dari itu, simak artikel ini hingga akhir!
Siapakah Shigeru Miyamoto?
Sosok ikonik dalam industri game yang dikenal dengan julukan “The Father of Video Games” bernama Shigeru Miyamoto ini merupakan seorang laki-laki yang lahir pada tanggal 16 November 1952, di Sonobe, Kyoto, Jepang. Imajinasinya yang akhirnya ia manifestasikan ke dalam video game lahir dari kebiasaannya mengeksplorasi daerah di sekitar kampung halamannya. Idenya terhadap Zelda juga berawal dari sebuah gua yang sering ia lewati namun tak pernah ia masuki.
Sewaktu kecil, Miyamoto banyak melakukan segala hal yang berhubungan dengan kreativitas, di antaranya melukis, menggambar, dan bergabung di pertunjukkan boneka. Miyamoto sendiri bukan terlahir dari keluarga kaya raya. Ayahnya tidak memiliki televisi maupun mobil. Kendati demikian, ia suka diajak ayahnya untuk pergi ke kota Kyoto dan menikmati hiburan di sana, salah satunya film yang dibuat oleh Walt Disney.
Akhirnya, di usianya yang ke-11 tahun, ayah Shigeru membeli televisi. Dari sana lah, Shigeru menjadi penggemar film animasi Jepang. Beberapa tahun kemudian, tepatnya sewaktu SMA, Miyamoto tertarik dengan manga dan bergabung dengan klub manga. Tak lama dari situ, ayah Shigeru pindah ke kota Kyoto, dan di sinilah ia bertemu dengan banyak hal dan kesempatan.
Setelah lulus SMA, Miyamoto melanjutkan pendidikannya di Kanazawa Municipal College of Industrial Art & Design. Ketika mengingat masa-masa di mana ia bersekolah di Kanazawa Municipal College of Industrial Art & Design, menurutnya ia bukanlah mahasiswa yang baik dan sering absen di beberapa kelas. Namun, di sana ia mendapatkan beragam fasilitas yang justru membebaskan Miyamoto bereksplorasi. Di sana Miyamoto menjadi tertarik dengan bidang lain, yakni musik. Meski ia mengklaim bukan pelajar yang baik, ia berhasil lulus dalam waktu 5 tahun.
Setelah mendapatkan gelar sarjana Industrial Art & Design, Miyamoto melamar di salah satu perusahaan mainan di Jepang bernama Nintendo. Pengalaman penting dalam hidup Miyamoto ketika ia bergabung dengan perusahaan game raksasa, Nintendo, dimulai pada tahun 1977. Ternyata, lolosnya Miyamoto tidak serta merta lepas dari peran ayahnya yang merupakan teman dari Presiden Nintendo pada masa itu, Hiroshi Yamauchi.
Proyek pertama yang ia pegang sewaktu bekerja di Nintendo sebagai Concept Artist adalah sebuah produk bernama Color-TV Racing 112. Dalam proyek ini Miyamoto ingin membuat sebuah produk yang memiliki hardware yang lebih baik dibandingkan pendahulunya. Beberapa tahun setelahnya Miyamoto menciptakan desain karakter untuk sebuah game arcade yang terinspirasi oleh Space Invaders, Space Fever.
Space Invaders sendiri merupakan game yang sangat populer di Jepang pada saat itu. Melihat ini, ia ingin membuat versi Jepang dari game asal Amerika Serikat tersebut. Setelah meluncurkan Space Fever, Nintendo merilis beberapa game yang di antaranya Sheriff (1979), Space Firebird (1980), dan kemudian Radar Scope. Pada game Radar Scope Miyamoto berperan dalam mendesain case unit arcade-nya.
Shigeru Miyamoto dan Nintendo di Tahun 1980-an
Di tahun 80-an awal, Miyamoto bertemu dengan seorang veteran di industri game bernama Gunpei Yokoi yang dikenal sebagai pencipta Game & Watch. Yokoi mengajarkan Miyamoto apapun yang ia tahu dan menginginkan sebuah game yang mirip dengan Radar Scope, namun lebih baik.
Sayangnya, Miyamoto sudah tidak berminat lagi dengan game shooter lantaran menurutnya sudah usang. Ia berpikir mengapa game-game selama ini tidak memiliki jalan cerita atau plot seperti film. Di waktu yang sama Miyamoto ingin membuat game Popeye dengan meminta lisensi, namun pihak Nintendo menolak. Penolakan tersebut tidak membuat semangat Miyamoto surut, dan akhirnya ia menciptakan karakternya sendiri.
Di sinilah karakter ciptaannya bernama Donkey Kong dan Mario lahir. Kedua karakter tersebut ternyata terinspirasi dari karakter-karakter film kartun yang sebelumnya ingin ia terjemahkan dalam game, yakni Popeye dan Bruto dengan Mario yang awalnya disebut sebagai Jumpman sebagai Popeye dan Donkey Kong sebagai Bruto serta seorang perempuan bernama Lady yang menggantikan Olive untuk diselamatkan.
Cerita game ini pun sederhana, yakni ada seekor kingkong bernama Donkey Kong yang melepaskan dirinya dari kerangkeng dan menculik kekasih tuannya, yakni Mario. Di sinilah peran Mario dalam game, yakni menyelamatkan kekasihnya yang diculik oleh sang Donkey Kong. Selain memiliki plot cerita, Donkey Kong juga menghadirkan cutscene di setiap stage-nya.
Game yang diciptakan pun meraih kesuksesan, tak hanya di Jepang, namun juga regional Amerika Utara. Di sini pasar meminta sekuel dari Donkey Kong. Alhasil, Miyamoto menggarap sebuah game bernama Donkey Kong Jr., di mana Miyamoto ingin sosok Donkey Kong Jr. (yang di sini adalah anak dari Donkey Kong Sr.) menjadi tokoh utama dalam game ini.
Di game ini, sosok Mario yang menjadi antagonisnya. Tugas dari Donkey Kong Jr. di sekuelnya ini adalah untuk menolong ayahnya yang dikurung oleh Mario. Donkey Kong Jr. mendapatkan penerimaan yang begitu baik dari para gamers, dan Miyamoto berlanjut untuk mengembangkan Donkey Kong 3.
Kesuksesan seri Donkey Kong membuat Miyamoto berfokus pada tokoh Mario. Di sinilah tercetus ide membuat game yang menjadikan Mario sebagai tokoh utamanya, yakni Mario Bros, yang mengenalkan Luigi sebagai saudara Mario. Hebatnya, seperti seri Donkey Kong, Mario Bros meraih kesuksesan yang begitu cepat.
Sebelumnya kami telah menjelaskan bahwa di tahun 1983, industri game sedang mengalami resesi yang sangat besar. Kendati demikian, alih-alih ikut arus resesi, di tahun 1984 Nintendo malah mendapatkan perhatian yang begitu besar di pasar video game. Setelah game-game yang mereka rilis cukup mendapatkan atensi di akhir 70-an dan awal 80-an, di tahun yang sama ketika industri game mengalami resesi, Nintendo merilis mesin konsol bernama Famicom. Hebatnya, konsol tersebut mampu mencuri perhatian banyak pihak.
Setahun setelahnya, Miyamoto merilis game pertamanya di Famicom, yakni Devil World. Game ini terinspirasi dari salah satu game terlaris sepanjang masa, Pac-Man. Sayangnya, game ini tidak dirilis lantaran mengangkat tema sensitif yang diambil dari Injil. Kemudian, Miyamoto mengambil peran untuk game selanjutnya, yakni Excitebike. Excitebike merupakan game balap motocross yang menyediakan dua mode, mode balap dengan kompetitor dan juga dengan waktu. Tak disangka, game ini hingga kini menjadi salah satu game paling berpengaruh sepanjang masa.
Di kala industri game di Amerika bermasalah, industri game di Jepang malah sedang berada di kondisi prima. Di sinilah Nintendo berkesempatan mencuri pasar Amerika dengan mengirim konsol Famicom dengan nama Nintendo Entertainment System atau NES. Di tahun 1986, Miyamoto melanjutkan sekuel Super Mario Bros. dan sebuah game petualangan berjudul The Legend of Zelda. Ide dari game Zelda pun sangat unik. Miyamoto terinspirasi dari pengalamannya sewaktu masih kecil, mulai dari eksplorasi kota hingga struktur seperti maze yang ia ambil dari struktur di sekitar kampung halamannya.
Setelah itu, Miyamoto terlibat dalam beberapa proyek seperti Doki-Doki Panic yang dikenal sebagai Super Mario Bros. di wilayah Amerika dan Ice Hockey. Kesuksesan beberapa game yang telah ia telurkan terus membawanya berkreasi dan menciptakan game-game besar lainnya, seperti Mother, Zelda II: The Adventure of Link, dan Super Mario Bros. 3 yang mana menjadi seri terbaik pada saat itu.
Shigeru Miyamoto dan Nintendo di Tahun 1990-1996
Seiring perkembangan teknologi di industri game, Nintendo merilis konsol game berikutnya, yakni Super Famicom atau Super Nintendo Entertainment System (SNES). Bukannya surut, Miyamoto terus berkreasi seiring dengan meledaknya konsol ini. Namun, seri Mario untuk SNES tidak dipimpin oleh Miyamoto dalam pengembangannya, melainkan oleh Takashi Tezuka.
Kendati demikian, Miyamoto mengenalkan karakter bernama Yoshi di mana ia ingin pada game terbarunya ini Mario mengendarai dinosaurus. Sebenarnya ide Mario mengendarai dinosaurus ini sudah lama. Lantaran limitasi NES, ide ini baru bisa diimplementasikan di SNES. Selain ide tersebut, Miyamoto merancang game lain, yakni F-Zero dan Pilotwings. Ide yang ia curahkan pada game-game tersebut nyatanya membuahkan hasil yang begitu baik. Pamornya semakin meningkat dan pada 12 April 1992, Miyamoto dan Nintendo merilis The Legend of Zelda: A Link to the Past di mana ia berperan sebagai produser di game ini. Banyak game hebat lain yang lahir di tangan Miyamoto di era ini di antaranya, Super Mario Kart, The Legend of Zelda: Link’s Awakening, Star Fox, dan masih banyak lagi.
Shigeru Miyamoto dan Nintendo di Tahun 1996-2001
Era 1990-an ternyata menggeser perspektif dalam pengembangan game. Di sinilah teknologi 3D semakin berkembang meski di tahun sebelumnya sudah dikembangkan. Sayangnya, SNES bukanlah sebuah konsol yang cukup kuat untuk mengolah grafis 3D dengan baik. Selain itu, Sony yang sebelumnya memiliki clash dengan Nintendo lantaran perjanjian yang dilanggar oleh Nintendo untuk membuat sebuah console, merancang konsol 32-bit sendiri dengan nama PlayStation.
Nintendo pun di sini cukup gelisah atas manuver yang dilakukan Sony. Nintendo bertekad untuk membuat sebuah gaming console yang lebih powerful dibandingkan PlayStation. Akhirnya, pada tahun 1996, Nintendo 64 dirilis. Berbeda dengan PlayStation yang pada saat itu masih menggunakan media baru, yakni CD. Nintendo masih berkutat dengan catridge untuk media game-nya. Di sinilah Nintendo melanjutkan IP-IP lamanya dengan wajah baru seperti Super Mario 64, Star Fox 64, Mario Kart 64, The Legend of Zelda: Majora’s Mask, dan masih banyak lagi.
Shigeru Miyamoto dan Nintendo di Tahun 2001-2004
Bukan berarti lebih kencang secara spesifikasi, mampu membuat Nintendo bisa mengalahkan Sony. Alih-alih mampu menyandingi PlayStation, penjualan Nintendo 64 sangatlah buruk. Bahkan Nintendo 64 dinyatakan sebagai konsol kedua terburuk dalam hal penjualan setelah Dreamcast milik Sega.
Perang console tetap berlanjut di era awal milenium yang memunculkan PlayStation 2 dan Xbox milik Microsoft yang mana merupakan pemain baru di saat itu. Tak mau kalah, Nintendo melahirkan Nintendo GameCube. Lagi-lagi, Nintendo menggunakan media dengan format yang berbeda. Di saat kedua kompetitornya menggunakan media DVD, GameCube menggunakan media sendiri meski berbentuk CD, namun ukurannya lebih kecil.
Pada konsol ini, Miyamoto kembali memunculkan ide baru yang menghasilkan sebuah game bernama Pikmin. Di sini Miyamoto tak hanya memproduseri game-game yang dirilis di GameCube, namun juga Game Boy Advance yang merupakan konsol genggam milik Nintendo.
Kehebatan GameCube membuat imajinasi Miyamoto akan sebuah game bisa lebih bebas lagi. Lalu, muncul game Metroid Prime yang hadir dengan konsep berbeda. Apabila sebelumnya hadir dengan konsep side-scrolling, dalam Metroid Prime pemain akan memainkan dari sudut pandang Samus Aran, sang protagonis game tersebut.
Di console ini, Miyamoto tetap melanjutkan petualangan karakter-karakter ciptaannya, seperti Mario dalam Super Mario Sunshine, Luigi dalam Luigi’s Mansion, Link dalam The Legend of Zelda: The Wind Waker, dan masih banyak lagi.
Shigeru Miyamoto dan Nintendo di Tahun 2004-Sekarang
Franchise GameBoy semakin mendekati ke titik akhir. Nintendo berencana tetap melanjutkan handheld console-nya. Di sinilah era kebangkitan Nintendo DS. Nintendo DS hadir dengan fitur yang cukup revolusioner di eranya. Konsol ini hadir dengan dua layar, yakni layar utama dan layar sentuh pada bagian bawah. Di sini ia memproduseri game untuk DS, di antaranya Super Mario 64 DS, Mario Kart DS, Nintendogs, dan masih banyak yang lainnya.
Di samping Nintendo DS, Nintendo juga melahirkan console game yang unik dan revolusioner. Di era perang konsol generasi ke-7 di mana Xbox 360 dan PS3 berlomba-lomba memamerkan grafis, Nintendo dengan Wii-nya dengan percaya diri menekankan dengan satu aspek dalam gaming, yakni fun. Secara grafis Wii tidak sebaik Xbox 360 dan PS3. Bahkan hampir setara dengan pendahulunya. Di Wii Miyamoto juga memproduseri beberapa game seperti Super Paper Mario, Metroid Prime 3: Corruption, dan beberapa game lainnya.
Kesuksesan Wii membawa Nintendo untuk segera membuat konsol seperti Wii, namun dengan kualitas grafis yang setara dengan dua kompetitornya, yakni Wii U. Sayangnya, alih-alih berhasil memenangkan hati pemirsa, Wii U tidak laku di pasaran. Tetap saja di era Wii U, Miyamoto memimpin beberapa proyek seperti Star Fox Zero.
Kini peran Miyamoto dalam pengembangan game sudah tidak sebanyak dulu, dan perannya lebih pada melakukan supervisi game-game pada konsol terkininya.
—————————————————————————————————————————
Itu dia pembahasan tentang salah satu tokoh paling berpengaruh di industri game, Shigeru Miyamoto. Bagi kamu yang ingin membaca artikel terkait review game (konsol, PC, atau mobile), berita game, dan hal-hal menarik seputar game lainnya, kalian bisa terus kunjungi situs, Instagram, Facebook, dan juga Twitter Tombol Media!